seseorang dibalik kerudung ungu

Foto saya
aku adalah aku sampai tiba waktuku tak ada seorangpun kan tahu........

Selasa, 23 Agustus 2011

Surat terakhir......

Agustus yang lirih... Senja bersembunyi dibalik dahan Pauwlania yang mengering....saat angin utara mulai menerbangkan cinta yang  pergi layaknya serbuk Dandelion...melayang jauh....jauh....meninggalkanku....  Lalu, kulihat dia disana, dibangku kayu bercat putih...perempuan berkerudung ungu bersama setumpuk kertas kusam, hmm..sepertinya kusam karna kenangan...
langit mendung, perempuan itu tak beranjak, dia terus menggerakkan pena bertinta biru malam itu diatas kertas demi kertas...ditulisnya satu nama... hanya satu nama... dia tersentak, lalu jari-jemarinya terhenti saat kuhampiri dia, "apa yang kau lakukan?" dia tersenyum, miris, pucat meski tak menutupi kecantikannya, "menyiapkan hadiah untuk kekasihku.." ucapnya pelan... "hadiah untuk apa? hari mulai gelap...sebaiknya kau pulang" kataku... dia melanjutkan menulis...entah sudah berapa lembar, kulirik lembaran itu, satu nama...satu nama yang sama.... "hadiah untuk pernikahannya.." ucapnya pelan, sedikit mendesah... tangan kirinya bergetar...dia menangkap raut tak mengerti di wajahku...."kekasihku akan menikah, aku ingin memberikan surat ini sebagai hadiah... semua kerinduan kutumpahkan di kertas ini, setelah itu aku akan berhenti menulis...agar dia tak perlu merasa bersalah...karena sesakit apapun rasa yang ditinggalkannya, aku masih sanggup menulis surat terakhir untuknya...agar setelah itu aku dapat hidup dengan lebih baik..." dia tersenyum lagi, rintik hujan mulai turun, dibiarkannya tubuhnya basah hanya agar hujan menutupi airmatanya, dan tangannya tak juga berhenti menulis, berpuluh lembar, ribuan kata, hanya untuk satu nama....satu nama yang kini bukan miliknya... kertas itu basah, tulisannya pun luntur...lalu kerinduannya mengalir bersama rintik hujan.......surat terakhir untuk kekasihnya tak pernah sampai....



cinta... ironis, miris, tragis.........

Papa...kau jangan cemburu.....

dear Papa,
ini Ramadhan keenam kalinya tanpamu... banyak hal yang ingin kuceritakan padamu...mungkin aku harus menulis surat, entah setelahnya harus kukirimkan kemana....diikatkan di kaki burung dara ataukah memasukkannya kedalam botol lalu dibuang kelaut....ah, sudahlah...
Pa, suatu hari...kubilang pada mama -Kekasihmu- kalau aku mungkin tak akan menikah, aku ingin pensiun dini berhenti menjadi pegawai pemerintah, ingin mempelajari sastra ketempat yang jauh, menjelajahi tempat-tempat yang indah, membuat taman anggrek putih, hidup di peternakan, lalu menjadi dokter sukarelawan karena telah rela mati muda.... mama menceramahiku habis-habisan sampai merah telingaku...hmmm...aku duplikatnya, yang membedakan hanyalah karna aku sekolah dan tidak hebat sementara dia tidak sekolah dan sangat hebat.... perencanaan ekonominya mengalahkan seorang akuntan, semangatnya melebihi para pejuang zaman lampau, tak ada yang menandingi masakannya, ramalannya lebih dasyat daripada mama laurent, Mama bahkan bisa mengobati Herpes zoster dengan sedikit gumaman dan tiga kali meludah! wew... dia punya cinta yang hebat untukmu Pa, Mama bilang cintanya padamu akan dibawa mati...

Mama membesarkan kami tanpamu, orang bilang...hilang ayah hilang hormat...mereka tak salah...kurasakan itu, lalu menyadari ini sungguh sangat sulit... saat kulihat mesin pembuat roti di gudang seakan ingin teriak memberitahukan padaku berapa banyak keringat yang telah mama cucurkan...Mama melanjutkan hidupnya dan menyekolahkan kami, tanpa mengeluh...sekalipun... dan aku tak pernah melihat langsung perjuangannya karena selalu hidup terpisah...jauh darinya...hingga saat ini...
aku menunggu hari libur sebagai hadiah untuk diri sendiri karena akan bertemu dengannya, walaupun setelah bertemu aku akan dimarahi karena bertambah kurus dan masih gonta-ganti pacar... kita bertengkar teramat sering, tak ada dirimu yang sanggup melerai... kita berselisih paham bahkan untuk hal-hal paling klise...  dia menyuruhku menetapkan hati, lalu kubilang tak ada laki-laki yang becus didunia ini..Mama lantas mengomeliku tak karuan dan bilang aku perempuan naif paling belagu di muka bumi ini karena selalu menolak lelaki yang nyaris sempurna dimatanya...
hmm...Mama tak tahu, aku hanya terlampau patah hati...mencintai...seperti naik komidi putar, perasaaan yang berubah perlahan...kadang di puncak, kadang digaris paling bawah...sudahlah, kehilangan demi kehilangan sanggup mematikan hati...mungkin aku yang tak mengerti apa itu cinta...yang kutahu, cinta adalah perasaan antara Papa dan Mama, aku dan Mama, lalu aku dan Papa...

"apa yang masih kau cari? lelaki seperti apa?" tanya Mama disuatu senja yang basah, lalu aku tersenyum...mengingat sampai saat ini pun tak kutemukan jawabannya...yang kutahu hanyalah, aku tak sanggup menerima konsekuensi bahwa seseorang akan membawaku pergi, meninggalkan Mama... kuamati kerutan diwajahnya, lalu rambut yang mulai memutih, membuatku tersadar, waktu tlah lama berlalu..aku tumbuh menjadi dewasa, lalu Mama menua... seakan agar seorang anak tumbuh dewasa sang Ibu harus menua sebagai tumbal.... " tenanglah Ma.... aku akan dinikahi Tuxedo bertopeng, tinggal dirumah mungil berhalaman luas diatas bukit yang mengarah ke laut, aku akan punya banyak bayi laki-laki dan perempuan, menjadi vegetarian, tawaf di Kabah, lalu keliling dunia dengan perahu nabi Nuh" jawabku ngawur.... Mama tertawa, lantas menatapku... "entah lelaki seperti apa dia, tapi dia pasti sangat beruntung" ucapnya pelan lantas memelukku... entah ini benar atau tidak.... mungkin maksudnya adalah "kau harus belajar memasak agar ada yang mau menikahimu!"
"suatu saat kau harus menikah, setiap perempuan harus punya imam, tempatnya mencari surga...aku tak mungkin menjagamu selamanya, harus ada yang mengambil alih tugas yang dititipkan papamu padaku..." katanya kemudian, tenggorokanku tercekak...menahan airmata... yeah, kita tak harus menangis untuk semua kepedihan...

Papa, kau jangan cemburu, karena akupun sangat mencintai Mama, seperti Mama yang selalu cemburu padaku, karena kau sangat mencintaiku.

Entri Populer